JAKARTANEWS.ID – TANGSEL: Ketua Fraksi PKB DPR RI Jazilul Fawaid mendorong Nahdlatul Ulama (NU) sebagai lembaga keagamaan keislaman terbesar di Indonesia bahkan dunia, bisa membuat program pemberdayaan keumatan.
Hal ini dinilai penting sebab mayoritas warga nahliyin adalah mereka yang berada di daerah dan secara ekonomi masih serba kekurangan.
”Warga NU ini umumnya di pedesaan, para petani, nelayan, pedagang kecil dan sebagainya yang perlu untuk lebih diberdayaan lagi secara ekonomi. Nah, perjuangan NU ke depan harus dimulai ke arah sana,” ujar Gus Jazil–sapaan akrab Jazilul Fawaid–di tengah acara Kick Off Harlah ke-102 NU di Kantor PCNU Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Minggu (15/12/2024).
Gus Jazil mengatakan, peran dan kiprah NU sudah dilakukan sejak era pra kemerdekaan, era kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, Reformasi hingga saat ini.
”NU tidak pernah berhenti dalam perjuangan bangsa ini. Dari dulu sampai sekarang NU selalu eksis. Dan salah satu yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan adalah para ulama dan kiai NU,” tutur Gus Jazil.
Bahkan, Gus Jazil mengutip pernyataan salah satu pemikir dari Timur Tengah yang menyebut KH Hasyim Asy’ari adalah peletak dasar nilai-nilai nasionalisme di Indonesia.
”Jadi nilai-nilai kebangsaan Indonesia itu dibangun di atas pondasi agama. Berbeda dengan beberapa negara lain. Dan NU akan terus eksis karena NU punya niat yang ikhlas dalam berjuang dan memberikan nilai serta manfaat untuk umat,” ucap Gus Jazil.
Wakil Ketua Dewan Syuriah PCNU Kota Tangesel ini mengatakan, tantangan perjuangan NU selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman.
“Ketika zaman kemerdekaan dimana negeri belum memiliki kekuatan untuk melawan penjajah, Bung Karno datang meminta tolong kepada KH Hasyim Asy’ari agar mengeluarkan perintah kepada masyarakat untuk ikut berjuang mengangkat senjata,” ujar Gus Jazil.
”Maka lahirlah Resolusi Jihad. Di setiap gelombang perubahan NU ikut. Hari ini di era Reformasi dan teknologi, perjuangannya jauh berbeda. Di antara pola perjuangan NU yang tidak pernah berubah adalah pendidikan, dakwah dan sekarang pemberdayaan ekonomi keumatan,” sambung Gus Jazil.
Dikatakan Gus Jazil, Indonesia yang begitu besar, tidak akan pernah punya masa depan seperti sekarang jika tidak ada kiprah dari para kiai dan ulama NU yang konsisten dalam berjuang di bidang pendidikan, pengajaran dan dahwah.
”Bayangkan kalau Indonesia tak punya NU, tidak ada yang mengajar bangsa ini. Kedua pola dakwah, NU itu dakwahnya luwes mengikuti zamannya. Nggak ada catatan NU berontak pada negara. Luwes mengikuti tradisi, kultur yang ada di masyarakat. Kalau NU keras-keras, itu tandanya mulai tidak NU,” kelakar Gus Jazil.
Saat ini, di tengah perkembangan zaman, tugas pemberdayaan umat yang masih menjadi pekerjaan rumah di kalangan NU.
”Tugas pemberdayaan masyarakat sesungguhnya memberdayakan NU sebagai organisasi terlebih dahulu. Tugas pemberdayaan ini memang cukup berat, tapi harus dimulai dari mentality kita,” cetus Gus Jazil.
Gus Jazil berharap, pemerintah mulai dari tingkat pusat hingga pemerintah daerah juga ikut terlibat dalam pemberdayaan masyarakat NU.
”Kalau pemberdayaan warga NU itu berhasil maka Indonesia akan berhasil. Kalau umatnya sudah berhasil, utamanya warga NU, pasti Indonesia berhasil. Para petani, nelayan, pekerja, ibu rumah tangga, orang-orang ekonomi bawah, itu yang selama ini dijaga NU,” tutur Gus Jazil.
Gus Jazil mendorong agar PCNU Kota Tangsel sebagai percontohan dalam pemberdayaan umat.
Misalnya, sebut Gus Jazil, dengan membentuk koperasi atau unit-unit usaha lainnya yang bisa memberdayakan warga NU di Kota Tangsel dengan menjalin Kerjasama dengan sejumlah perusahaan besar.
”Perusahaan-perusahaan itu yang menopang permodalannya. Nah ini akan ada program makan gratis dari pemerintah, PCNU Kota Tangsel harus terlibat. Jangan sampai, ini program untuk rakyat kecil, yang bermain orang-orang atas saja. NU harus ikut,” urai Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI ini. (Daniel)