JAKARTANEWS.ID-JAKARTA : Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, menyerukan agar BPIP, juga semua masyarakat Indonesia, bangun dan mengisi ruang publik, demi membumikan Pancasila sebagai living dan working ideology bagi Indonesia.
Hal ini dia sampaikan dalam acara Penguatan Pembinaan Ideologi Pancasila dalam Jejaring Panca Mandala (JPM) di Sulawesi Utara, Senin (11/07/2022), yang diadakan oleh BPIP dan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara.
Benny, sapaan akrabnya, menyatakan dengan tegas bahwa BPIP adalah lembaga ideologis.
“Lembaga ini adalah lembaga propaganda yang menawarkan nilai-nilai Pancasila dalam upaya merebut wacana ruang publik, untuk menjadikan Pancasila sebagai living dan working ideology. Living artinya dihayati, working artinya menjadi dasar melakukan semua hal,” tuturnya.
Salah satu budayawan Kristen terpopuler ini memberikan komentarnya mengenai tantangan BPIP secara khusus.
“BPIP memiliki tantangan sekarang ini, yaitu di zaman digitalisasi ini, manusia mulai kehilangan rasionalitasnya. Manusia menjadi satu dimensi, dimana dijajah teknologi dan menjadi kehilangan daya kritis dan kemampuan membangun nalar yang sehat, akhirnya terjebak dan tereduksi oleh teknologi.”
“Berita hoax, kebohongan, dan fundamentalis agama serta ekonomi. Inilah tantangan BPIP sebagai lembaga ideologis. Monopoli dan oligarki merugikan masyarakat serta mencederai sila kelima Pancasila. Parpol juga dikendalikan oleh kapital, sehingga tidak lagi memperjuangkan nasib masyarakat. Inilah tantangan BPIP saat ini, yang harus disadari oleh semua unsur di dalam BPIP itu sendiri,” jelasnya.
Benny pun memberikan sebuah arahan.
“BPIP harus masuk ruang publik; buat konten-konten untuk merebut ruang publik masyarakat, sehingga berhasil dilakukan,” katanya.
Dia pun menambahkan, “Kita tidak boleh diam, rebut persepsi, jangan didiamkan, nanti menjadi goblok permanen. Kita harus bertarung di ruang publik ini. Inilah tugas kita sebagai sebuah lembaga ideolog.”
Pakar komunikasi publik ini juga menambahkan diperlukannya BPIP menjadi role model bagi lembaga/kementerian lainnya, sekaligus untuk masyarakat.
“BPIP menjadi intelectual organic, menjadi agen perubahan bagi masyarakat, untuk terciptanya keadaban masyarakat. Pola pikir dan paradigma harus diubah. Reformasi mentalitas dibutuhkan, untuk menjadi pelayan publik yang membatinkan Pancasila,” jelasnya.
Akhirnya, Benny pun menutup paparannya dengan kembali menyatakan peranan BPIP di kehidupan masyarakat Indonesia.
“BPIP adalah lembaga ideologi. Contoh keteladanan dan panutan, dan menjadi pemandu hidup berbangsa bernegara dengan aktualisasi Pancasila. Bangun kerjasama dengan semua pihak, bangun gotong royong bersama semua stakeholder, demi tercapainya tugas dan fungsi BPIP,” tutupnya. (Nugroho)