Deprecated: Creation of dynamic property WpBerita_Breadcrumbs::$settings is deprecated in /home/jakartane/public_html/wp-content/themes/wpberita/inc/class-wpberita-breadcrumbs.php on line 26

Survei LKSP: Popularitas Lima Partai Baru Masih Minim

JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Survei Lingkar Kajian Strategis dan Pembangunan (LKSP) tentang Konstelasi Politik Jelang Pemilu 2024 menunjukan tingkat popularitas partai baru masih minim.

Dari 1.350 responden yang disurvei secara tatap muka diketahui tingkat popularitas Partai Ummat, Partai Buruh, Partai Gelora, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) hanya mencapai 0,1 persen. Sementara Partai Garuda hanya mencapai 0 persen alias tidak ada yang mengenal.

“Berdasarkan hasil survei yang sama diketahui juga tingkat popularitas PDIP mencapai 29,6 persen, Partai Golkar 17,0 persen, Partai Gerindra 9,9 persen, PKS 8,4 persen dan PKB 8,1 persen. Sedangkan Partai Demokrat 6,7 persen, Partai Nasdem 4,1 persen, PPP 3,5 persen, PAN 1,7 persen, Perindo 1,1 persen, PBB 0,4 persen, Partai Hanura 0,3 persen dan PSI 0,2 persen,” jelas Direktur LKSP Andika Rachman kepada para awak media di Jakarta, Kamis (16/3/2023).

Andika menambahkan selain tingkat popularitas yang minim, tingkat keterpilihan atau elektabilitas partai baru di pemilu 2024 juga sangat rendah.

“Kepada responden ditanyakan jika pemilu dilaksanakan pada hari ini, partai politik mana yang akan Anda pilih? Hasilnya responden yang memilih Partai Gelora mencapai 0,2 persen dan Partai Buruh 0,1 persen. Sementara yang memilih PKN, Partai Garuda, dan Partai Ummat hanya 0 persen,” kata Andika.

“Berdasarkan hasil survei ini bisa dilihat bahwa ada beberapa partai baru yang secara popularitas sudah dikenal tetapi masyarakat masih ragu untuk memilihnya,” lanjut Andika.

Menanggapi hasil survei tersebut, Direktur Center for Indonesian Reform (CIR) Hidayaturrahman menyebut partai baru peserta pemilu harus lebih aktif bersosialisasi kepada masyarakat.

“Hasil survei ini merupakan peringatan (warning) kepada partai-partai baru untuk lebih kreatif mengenalkan partai kepada masyarakat. Para pimpinan partai baru harus memahami bahwa keberadaan tokoh di partai bukan jaminan popularitas dan elektabilitas partai akan lebih baik,” imbuh Hidayat.

Karena itu, lanjut Hidayat, perlu didukung oleh strategi sosialisasi yang komprehensif menggunakan berbagai sarana yang dibolehkan menurut undang-undang.

“Dengan kehadiran tokoh sekaliber Pak Amien Rais di Partai Ummat dan Fachri Hamzah di Partai Gelora perolehan suara kedua partai itu masih relatif minim. Bahkan bisa dibilang sangat memprihatinkan. Harusnya kan dengan adanya nama besar tokoh-tokoh itu bisa mendongkrak popularitas dan elektabilitas partai yang didirikannya,” papar Hidayat.

“Berdasarkan data ini kita bisa Tarik kesimpulan bahwa popularitas tokoh pada partai tidak bisa langsung dikonversi menjadi popularitas partai, apalagi dikonversi menjadi elektabilitas partai. Untuk mengubahkan perlu ada terobosan dan variabel lain yang perlu dilakukan partai,” sambung Hidayat.

Hidayat menambahkan, karakter pemilih sekarang lebih rasional sehingga tidak bisa dipengaruhi hanya dengan variabel ketokohan semata.

“Pemilih umumnya akan memberikan dukungan kepada partai atau tokoh yang mempunyai program yang dibutuhkan. Semakin banyak program yang bisa dirasakan oleh masyarakat maka akan semakin besar partai atau tokoh itu akan mendapat dukungan,” tutup Hidayaturrahman. (Daniel)

Exit mobile version