JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Tim Kecil Koalisi Perubahan menyatakan Anies Baswedan akan segera mengumumkan cawapresnya. Konon bakal ada kejutan terkait sosok cawapres Anies.
Tampaknya tidak ada kejutan terkait nama cawapres yang akan diumumkan. Sebab, nama yang digodok Tim Kecil pada umumnya sudah diketahui masyakarat. Nama tersebut, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Khofifah Indar Parawansa, Ahmad Heryawan (Aher), dan Yenny Wahid.
Kalau bakal cawapres Anies salah satu dari nama tersebut, tentu sudah tidak ada kejutan. Keempat nama itu sudah familiar di masyarakat.
Justru yang mengejutkan bila Anies memilih cawapres yang elektabilitasnya rendah. Misalnya, Anies memilih Khofifah, tentu akan aneh karena elektabilitasnya di bawah AHY. Begitu juga bila yang dipilih Yenny atau Aher, mereka ini elektabilitasnya di bawah AHY.
Demikian dikemukakan Pakar Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga kepada para awak media, Senin (5/6/2023).
Karena itu, tutur Jamiluddin, sungguh kontralogika bila memilih Khofifah atau Yenny hanya karena mereka warga Nahdliyin. “Hal itu tidak menjadi jaminan Anies akan menang bila didampingi salah satu dari sosok tersebut di Jawa Timur dan Jawa Tengah,” kata Jamiluddin.
Jamiluddin mengungkapkan, Megawati Soekarnoputri pernah didampingi orang berpengaruh di NU, yakni Ketua Umum PBNU saat itu Hasyim Muzadi, namun Mega tetap kalah dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). “Padahal saat itu pasangan Megawati yang mewakili nasionalis dan nahdliyin dinilai akan menang mudah,” ujar Dosen Pasca Sarjana Fikom Universitas Esa Unggul, Jakarta ini.
Karena itu, imbau Jamiluddin, Tim Kecil termasuk NasDem jangan terbelenggu berpikir seperti itu. “Berpikir seperti itu mengabaikan potensi AHY untuk mendulang suara besar di Jawa Timur,” imbuh Jamiluddin.
Suka tidak suka, lanjut Jamiluddin, AHY akan mendapat dukungan penuh dari SBY dan wakil gubernur Jawa Timur Emil Dardak. “Tiga kekuatan ini berpeluang besar untuk menggaet suara nasionalis dan religius di Jawa Timur,” ulas Dekan Fikom IISIP, Jakarta 1996-1999 ini.
Jamiluddin menegaskan, normalnya Anies hanya memilih AHY sebagai cawapresnya. “Sebab, dari nama yang muncul hanya ia yang elektabilitasnya paling tinggi. AHY juga berpotensi mendulang suara besar di Jawa Timur,” terang Jamiluddin.
Soal pengalaman, Jamiluddin menilai, tentu bukan hanya AHY saya yang belum berpengalaman. “Sebab, baik Khofifah, Aher, dan Yenny sama-sama belum punya pengalaman sebagai wakil presiden. Bahkan Anies sendiri juga belum punya pengalaman menjadi presiden,” tukas Penulis Buku Riset Kehumasan ini.
Mantan Sekjen Media Watch ini menyebut, sungguh naif bila menolak AHY dikaitkan dengan pengalaman, sebab semua yang bakal jadi capres dan cawapres belum punya pengalaman.
“Pengalaman gubernur tentu tidak sama dengan presiden atau wakil presiden. Karena itu tak layak memasukkan kriteria capres dan cawapres dari sisi pengalaman,” pungkas Jamiluddin Ritonga. (Daniel)