JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Kuncinya bagi saya ternyata kalau jadi artis, apalagi perempuan ya masuk partai yang pertama itu harus fokus, profesional, kemudian jangan genit baik dari gesture maupun bicara. Kalau bicara lebih baik tegas-tegas aja dan harus dibekali oleh data, karena kita tidak hanya bicara mengenai asumsi saja.
Alhamdulillah saya masih sampai hari ini masih eksis di parlemen. Saya percaya betul profesionalisme itu menempatkan kita pada posisinya.
Demikian disampaikan Anggota DPR RI Nurul Arifin saat menjadi narasumber Diskusi Dialektika Demokrasi dengan bertema “Potensi Caleg Artis dan Influencer pada Pemilu 2024” yang berlangsung di Ruang Diskusi Media Center, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (27/6/2023).
Nurul pun mengungkapkan pengalamannya ketika dirinya memilih terjun di pantai politik kemudian menjadi seorang legislator di Senayan.
“Kalau jadi artis yang tidak enaknya adalah masuk partai pertama-tama kita itu kayak under estimate, pasti ya pasti itu. Kemudian sepertinya ada gesture yang melecehkan, mungkin juga secara verbal soft ya, ada seperti itu, tapi justru hal-hal yang seperti itu membuat saya makin dekat dengan pemilih dan terlihat oke,” ungkap Nurul.
“Hal-hal yang seperti itu yang mensubordinasi kita, yang melecehkan kita itu menjadi energi positif jadi kita tuh maunya jadi semakin bertumbuh terus,” sambung Politisi Partai Golkar ini.
Nurul menuturkan, pada saat dirinya bergabung, di Partai Golkar saat itu caleg yang artis merupakan artis masih jarang sekali.
“Oleh karenanya, kami waktu masuk ke Partai Golkar saat itu tidak ada karpet merah, jadi malah seperti masuk hutan rimba,” ujar Anggota Komisi I DPR RI ini.
Nurul pun menceritakan pengalamannya yang sempat merasakan sistem proporsional tertutup pada saat Pemilu 2004.
Saya mengalami betul sistem tertutup di Pemilu 2004. Kita ini sebagai artis dijadikan vote gather benar-benar dengan iming-iming kursinya dua, pasti kalau Nurul masuk kursinya bisa 3 gitu. Kita kan masih baru, naif dan belum paham betul dunia partai itu seperti apa, kita menerima nomor 3, akhirnya walaupun suara saya terbanyak pada saat itu, ada 89.000 suaranya, tapi hangus karena sistem tertutup maka diberikan ke nomor berikut di atas saya,” pungkas Nurul Arifin. (Daniel)