JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menyayangkan sikap BRIN yang tidak responsif atas munculnya inovasi dari masyarakat.
Mulyanto mengatakan, BRIN bukannya ngemong malah terkesan membantai ide-ide inovasi yang sangat mungkin diwujudkan.
Mulyanto menyorot perlakuan BRIN kepada Aryanto Misel yang berhasil menciptakan inovasi bahan bakar air bertajuk Nikuba (niku Banyu).
Mulyanto berpendapat BRIN kurang simpatik terhadap temuan Aryanto yang mendapat perhatian masyarakat.
“Ini kan kontra produktif dengan tugas dan fungsi BRIN dalam pengembangan riset dan inovasi nasional. Seharusnya BRIN memfasilitasi dan melakukan uji kinerja (peformance test) atas karya Aryanto Misel tersebut yang bahkan dilirik petinggi otomotif di Italia seperti Lamborghini dan Ducati,” kata Mulyanto kepada para wartawan, Selasa (11/7/2023).
“Jangan belum apa-apa BRIN malah memandang sebelah mata, apalagi membantai para inovator akar rumput tersebut,” sambung Wakil Ketua F-PKS Bidang Industri dan Pembangunan ini.
Mulyanto khawatir jika BRIN bersikap seperti ini akan membuat para inovator sakit hati dan mutung dalam berinovasi.
Karena, jelas Mulyanto, tidak gampang menjadi seorang inovator produk teknologi. Tidak banyak juga orang yang mau dan mampu. Karenanya para inovator ini perlu diemong dan dieman-eman.
“Tugas BRIN itu memberi insentif, memfasilitasi dan menggairahkan kreativitas para inovator tersebut, bukan malah sebaliknya, memadamkan gairah inovasi akar rumput,” ujar Mulyanto.
“Karya inovasi anak bangsa harus terus disemangati agar jiwa kreativitas mereka tetap tumbuh dan berkembang, apalagi untuk kalangan pemuda. Ini sangat penting di era disrupsi seperti sekarang ini,” lanjut Anggota Baleg DPR RI ini.
Legislator asal Dapil Banten 3 ini melihat secara nasional BRIN terlalu sering bersuara sumbang, sampai-sampai Komisi VII DPR merekomendasikan untuk mencopot Kepala BRIN tersebut.
“Mestinya Presiden sungguh-sungguh mengevaluasi BRIN ini agar lebih positif dan produktif ke depan. Sayang kalau lembaga dan aset teknologi peninggalan Pak Habibie ini menjadi tidak optimal,” tandas Mulyanto. (Daniel)