JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Dalam upaya memasyarakatkan perilaku ramah lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta menggelar Festival Ekonomi Sirkular (FES) 2023. Acara edukasi tentang pemanfaatan sampah yang dihadiri berbagai elemen masyarakat berlangsung selama dua hari di Taman Menteng, Jakarta Pusat.
Ada puluhan stand pameran yang mempertemukan elemen-elemen pada ekosistem ekonomi sirkuler berbasis persampahan mulai dari pegiat Biokonversi Maggot BSF, pegiat Bank Sampah, pegiat Kompos, pegiat Ecoenzyme, UMKM Hijau, Kelompok Tani Hutan, Start Up, industri FMCG, offtaker, sampai lembaga keuangan.
Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Afan Adriansyah Idris menyampaikan bahwa pembangunan ekonomi di Jakarta harus selalu mengedepankan aspek lingkungan yang berkelanjutan.
“Disisi lain pertumbuhan ekonomi kita perlu dorong secara cepat. Tapi ada aspek lingkungan yang harus kita jaga. Kalo kita semua mau berkelanjutan, otomatis lingkungan hidup harus kita jaga kelestariannya,” ujar Afan usai meresmikan acara tersebut, Rabu (26/7/2023).
Dia pun menambahkan bahwa ekonomi sirkular merupakan solusi dari ekomoni yang mengedapkan keberlanjutan.
“Dengan adanya konsep ekonomi sirkular ini, karena bisa menggandeng keberlanjutan ekonomi sekaligus keberlanjutan lingkungan,” kata Afan pada acara yang dihadiri ratusan undangan.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto menyebut bahwa sebagian besar masyarakat masih asing dengan konsep ekonomi sirkular.
“Festival ekonomi sirkular ini komitmen dari DLH untuk mengedukasi masyarakat untuk lebih sadar terhadap ekonomi sirkular yang mengedepankan keberlanjutan lingkungan,” ujarnya.
Tambahnya, ekonomi sirkular juga akan terjadi jika pengelolaaan sampah di sumber dilakukan dengan baik.
“Sampah itu kalau bisa dikelola dengan baik dari rumah, selain kita akan ada manfaat untuk kesehatan, itu juga akan ada manfaat bagi kesehatan ekonominya,” kata Asep.
Timbulan sampah di Jakarta sebesar 7.800 ton sehari. Pihaknya mengupayakan seperempat dari volume itu bisa didaur ulang oleh masyarakat, baik untuk pupuk, biogas, ternak magot, produk kerajinan tangan, dan lainnya.
“Selain mengurangi sampah, juga meningkatkan ekonomi masyarakat,” sambungnya.
Sementara itu, Direktur Manajemen Strategis dan Kemitraan Pemerintah Daerah, Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 1 DKI Jakarta dan Banten, Sabarudin, menyebut bahwa peluang ekonomi sirkular ini cukup besar.
“Peluang ekonomi sirkular ini tanpa batas, sustainable, dan ini akan dipakai terus,” katanya.
Dia menyebut ada potensi ekonomi besar di sana jika dikelola dengan serius.
“Potensi ekonominya mencapai triliunan rupiah, ini dari satu produk saja, misal ternak magot hidup Rp 1,8 triliun. Magot kini makin banyak diminati masyarakat untuk pakan ikan maupun burung kicau. Begitu juga pupuk cair mencapai Rp 3,8 triliun, pupuk padat Rp 1,3 triliun, juga bisa menyerap tenaga kerja 1,3 juta orang pada lapangan pekerjaan baru,” ungkap Sabarudin.
Melihat potensi tersebut, pihaknya juga akan menggandeng pihak perbankan untuk masuk ke dalam ekosistem ekonomi sirkular.
“Kami juga ajak perbankan masuk ke dalam ekosistem ekonomi (sirkular) lingkungan hidup karena manfaatnya besar dan terus berlanjut,” katanya. (Joko)