Penyadang Disabilitas Stroke Rayakan HUT RI Gelar Karnaval Kursi Roda Hias

JAKARTANEWS.ID- JAKARTA – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia yang ke-78 tahun, para penyandang stroke yang tergabung dalam Indonesian Stroke Club (ISC) Jakarta menggelar karnaval kursi roda hias dan berbagai jenis perlombaan, di Komples Perumahan Bona Indah, LebaK Bulus, Kamis (17/08/2023).

Para ratusan peserta difabel, akibat stroke yang dialami ratusan anggota ISC Jakarta itu tidak mengurangi suasana untuk menjadi peserta lomba HUT RI ke-78 tahun. Tampak sumringah mengikuti perlombaan dari makan krupuk, olahraga olah otak berupa catur, dan pawai dengan mengenakan kursi roda yang dihias didorong salah keluarga.

Tampak para peserta ISC Jakarta pawai keliling dengan kursi roda yang telah dihiasi berbagai pita warna. Para penyandang disabilitas akibat stroke merasa bahagia pawai keliling sembaring pihak keluarga mendorong kursi roda tersebut.

Rasa bahagia tampak terlihat oleh para penyandang difabel yang mengikuti perlombaan HUT Kemerdekaan RI bertajuk “Terus Melaju Untuk Indonesia Maju”. Tampak wajahnya para peserta dihiasi stiker tempel bertuliskan I Love Indonesia. Mereka sembari berlomba dan kumpul bersama.

Ketua Panitia ISC Jakarta Robby Umbara mengatakan, di tengah kondisi difabel tidak membuat para peserta patah semangat. Sebaliknya mereka yang berada dari berbagai tempat di Jakarta tidak mau kalah tumplek untuk merayakan suasana hari kemerdekaan.

Robby mengemukakan, perkumpulan yang tergabung dalam ISC sudah didirikan pada 2018. Sampai saat ini, Robby menjelaskan, jumlah anggota penyandang difabel sebanyak 2900 orang dari seluruh Indonesia. Berkantor pusat di Yogyakarta didirikan oleh seorang dosen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jati Suryat yang juga difabel akibat stroke.

RObby berharap pemerintah pusat dan daerah memperhatikan sarana dan prasarana di ruang publik yang ramah kepada penyandang disabilitas seperti dirinya. “Saya akui, bagi kami para penyandang disibalitas merasa Pemerintah kurang memfasilitasi ruang ramah kepada penyandang disabilitas seperti dirinya,”ucapnya.

Menurutnya, orang-orang penyandang difabel butuh perlakuan ekstra sehingga setiap beraktifitas tidak mengalami kendala ketika berjalan.

Robby mengemukakan, dirinya tidak menyangka terkena stroke ketika sedang penugasan kantor ke Beijing, China pada 2010. “Saya harus terbaring di rumah sakit di China. Selama 5 tahun saya harus dirawat di rumah sakit. Untungnya, ada asuransi yang menanggung atas sakit yang saya alami,”kata Robby yang bekerja di perusahaan swasta.

Dia mengingatkan, agar menjaga pola makan, olahraga dan istirahat yang cukup. Menurutnya, kelebihan berat badan atau kegemukan sangat berpotensi untuk terkena stroke.

“Kami para difabel akibat stroke berupaya sembuh dengan membuat perkumpulan, dan setiap bulan sekali kumpul di tempat berbeda-beda. Intinya, hati harus penuh gembira karena hati yang gembira adalah obat. Itu yang mujarab dalam menyembuhkan,”kata Robby, yang juga Karyawan swasta itu.

Robby tidak terlihat menggunakan kursi roda, akan tetapi dia berjalan lambat dan tangan bergoyang. Namun, membangun komunitas bersama orang-orang terkena stroke dilakoninya. Berharap dengan adanya komunitas ISC Jakarta ini dapat membangun kebersamaan dan memberikan semangat dan motivasi untuk sembuh.

Di tempat yang sama, Wahid, yang sehari-hari menjadi guru di SMK swasta di Tanjung Barat, Jakarta Selatan mengatakan, tahun 2020 dirinya terkena stroke. Akibat stroke yang dialaminya membuat Wahid harus berhenti mengajar.

Namun, diakui Wahid dalam proses penyembuhan dirinya tidak terlepas dari peran isterinya, Ana Marialena dan kedua anaknya Muhammad Abion Hidayatullah dan Muhammad Rasyidillah yang memberi motivasi atas penyembuhan dirinya selama ini.

“Dulu saya menggunakan kursi roda, tapi kini sudah memakai tongkat untuk jalan. Dalam penyembuhan dibutuhkan peran keluarga,”ujar Wahid. Diakui Wahid, dengan adanya perkumpulan para terkena stroke sangat membantu penyembuhan dan adanya kawan yang memiliki penyakit yang sama.

Anggota ISC Jakarta Maria Rosa Shinta mengatakan, setiap organisasi ISC sudah ada diberbagai daerah. Menurutnya, organisasi ISC terbentuk bersifat otonom. “Pusat ISC di Yogyakarta, tapi di setiap daerah sudah terbentuk. Bagaimana pun Indonesia sehat, negara kuat,”ujar Rosa, panggilan Maria Rosa Shinta.

Rosa menuturkan, suaminya Phillip Gunawan mengalami stroke beberap tahun lalu. Adanya organisasi untuk penyandang difabel ini sangat membantu proses penyembuhan suaminya. “Ya, bertemunya para terkena stroke sangat membantu dalam proses penyembuhan karena ada kawan yang sama. Jadi tidak membiarkan sendirian,”tambah Rosa. (Ralian)

Tinggalkan Balasan