Ketegasan Presiden Jokowi Bukan Pak Lurah, CREED: Jokowi Pastikan Estafet Kepemimpinan

JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Direktur eksekutif Center for Research on Ethics Economy and Democracy (CREED) Yoseph Billie Dosiwoda menilai positif ketegasan Presiden Jokowi dalam Pidato Kenegaraannya saat menghadiri Sidang Paripurna Istimewa MPR, DPR dan DPD RI tahun 2023 di Gedung Parlemen Jakarta, Rabu (16/8/2023) di mana tegas Presiden bukan Pak Lurah dalam mendukung restu koalisi capres dan cawapres yang dimainkan oleh elit-elit Partai Politik di tahun politik ini.

“Bahwa selama ini namanya sering di catut dalam polarisasi koalisi soal capres dan cawapres partai-partai untuk Pilpres 2024, kalau sudah mendapatkan restu atas arahan Pak Lurah yang dimaksud adalah Presiden Jokowi. Hal ini dapat dikatakan gugur semua Presiden dituduh ikut dalam “cawe-cawe” pasangan capres dan cawapres selama ini, Jokowi hanya ingin memastikan estafet kepemimpinannya kepada orang yang benar,” kata Yoseph kepada para wartawan, Jumat (18/8/2023).

Yoseph mengatakan, Jokowi telah membeberkan pergantian kepemimpinan ke depan membutuhkan seorang figur dengan keberanian, dibutuhkan kepercayaan.

“Untuk mengambil keputusan yang sulit dan keputusan yang tidak populer. Oleh sebab itu menurut saya, pemimpin itu harus punya public trust karena kepercayaan adalah salah satu faktor penentu. Bisa berjalan atau tidaknya suatu kebijakan, bisa diikuti atau tidaknya sebuah keputusan. Ini adalah modal politik dalam memimpin sebuah bangsa,” tutur Yoseph.

Selain itu, lanjut Yoseph, Jokowi juga menyampaikan tegas sering dikatakan “saya ini bodoh, plonga-plongo, tidak tahu apa-apa, Fir’aun, tolol. Ya nda apa, sebagai pribadi saya menerima saja”, ini langsung menusuk bagi para pengkritiknya seperti Rocky Gerung dengan umpatan “bajingan tolol”.

“Menurut CREED apa yang telah disampaikan Rocky Gerung beberapa waktu lalu yang dikenal sebagai aktivis sejak melawan rezim Orde Baru dan mantan pengajar ilmu filsafat UI atas umpatan kepada Kepala Negara tidak memiliki prinsip etika yang beradab dengan menggunakan diksi seperti itu,” imbuh Yoseph.

Yoseph berpendapat, hal itu justru menjatuhkan marwah personal Rocky Gerung sendiri sebagai kelas pengamat politik dan sekarang dikenal sebagai aktivis media sosial.

“Ucapan Rocky Gerung telah menunjukan dirinya tidak memiliki moral dan martabat yang baik sebagai pengkritik melakukan kontrol sosial sebagai jalannya kinerja Presiden Jokowi,” ujar Yoseph.

Yoseph mengingatkan, sistem negara demokrasi yang menjamin kebebasan berpendapat bukan berarti bebas berpendapat tanpa etika dan moral, prinsip demokrasi memiliki batas yaitu kebebasan demokrasi yang dimiliki orang lain bukan seenaknya sendiri berkata kotor serta provokatif di depan publik.

“Sekelas Rocky Gerung memalukan sekali seolah tidak memahami prinsip dasar demokrasi dan aturan hukum sebagai negara demokrasi yang seolah-olah sekedar mengejar popularitas dan mendapatkan kehebohan panggung di ruang publik,” sesal Yoseph.

Yoseph berharap untuk kontestasi Pemilu 2024 para pihak yang menjadi peserta pemilu harus kedepankan etika politik yang beradab, jangan suka mencatut nama Presiden, black campaign dengan isu hoax serta memakai politik identitas untuk mendapatkan dukungan dan kemenangan politik.

“Berikanlah Pendidikan politik yang baik dan adab kepada publik dengan menyampaikan keberlangsungan subtansi program-program pro rakyat dalam kebijakan pemerintahan selanjutnya agar Indonesia makin maju,” pungkas Yoseph Billie Dosiwoda. (Daniel)

Tinggalkan Balasan