JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono tidak setuju atas usulan DPRD DKI untuk memperpanjang waktu ganjil-genap (gage) menjadi 24 jam tiap hari. Kebijakan seperti itu cuma bakal menyusahkan masyarakat ekonomi menengah ke bawah, sedangkan orang kaya jadi lebih senang karena tinggal nambah mobil lagi jadi beres.
“Kalau gebijakan kawasan gage diterapkan seharian penuh akan mengganggu kenyamanan masyarakat sekaligus menjadi kendala perputaran ekonomi,” ujar Heru kepada wartawan di Jakarta Senin (28/8). “Saya tidak sependapat dengan usulan tersebut. Lebih baik kita mencari solusi lain yang tidak menyusahkan banyak orang,” tambahnya.
Menurutnya, penerapan kebijakan gage yang diterapkan dari Senin hingga Jumat pada 25 titik kawasan jalan dengan rincian pagi dari jam 06.00 sampai 10.00 dan siang dari jam 16.00 sampai jam 21.00, juga tidak terlalu efektif mengurangi kemacetan di Jakarta. Para pengendara masih mencari kawasan bebas gage melalui rute jalan yang berbelok-belok dan jauh sehingga menyumbang kemacetan di kawasan lain. Selain itu, banyak kendaraan yang berhenti di dekat mulut jalan gage menunggu waktu bebas gage, sehingga membuat macet juga.
“Selama pengguna mobil pribadi tidak mau beralih ke angkutan umum, maka kemacetan di Jakarta sulit diatasi. Salah satu faktor pemilik mobil pribadi enggan naik busway, CL, LRT, maupun MRT dikarenakan terbatasnya angkutan pengumpan menuju ke tempat tujuan. Untuk itu, angkutan pengumpan Mikrotrans perlu diperbanyak dengan armada yang bagus dan nyaman,” tandas Heru.
Sebelumnya, Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah meminta kepada Pemprov DKI untuk memperpanjang waktu kebijakan gage menjadi 24 jam nonton. Menurutnya langkah tersebut sangat efektif mengurangi kemacetan maupun emisi udara. “Gubernur Heru agar segera melakukan kajian untuk memperpanjang kawasan gage menjadi full tiap hari,” usul Ida disampaikan beberapa hari sebelumnya.
Secara terpisah, usulan tersebut banyak menimbulkan protes dari kalangan masyarakat. “Itu sangat merugikan masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang cuma punya mobil satu. Kalau bagi orang kaya, termasuk anggota Dewan yang berhaji besar, tidak masalah. Mereka justru lebih nyaman, tinggal beli mobil lagu, maka mereka tiap hari bisa melintas bebas di kawasan gage. Sebaiknya wakil rakyat kalau mau bikin usulan yang pro-rakyat dong, jangan memprioritaskan orang kaya,” kritik Marhasan, warga Kemayoran. (Joko)