JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Pemprov DKI Jakarta melakukan berbagai upaya untuk mengatasi penurunan kualitas udara di tengah musim kemarau yang diperparah oleh dampak badai elnino dan kebakaran hutan di Sumatera maupun Kalimantan. Salah satunya dengan menggunakan pompa bertekanan tinggi (water mist generator) buatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Upaya ini merupakan pilot project yang uji cobanya sudah dilakukan atas inisiasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI yang didukung PT Pertamina (Persero) pada 27 Agustus lalu di Gedung Kantor Pusat Pertamina, Jakarta Pusat,” kata Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Erni Pelita Fitratunnisa di Jakarta, Sabtu (2/9).
Teknologi water mist adalah penyiraman air dari puncak gedung menggunakan mesin penyemprot bertekanan tinggi. Melalui teknologi tersebut akan menimbulkan rintik hujan yang merambah di sekitar kawasan gedung. Kalau kegiatan tersebut dilakukan pada semua gedung tinggi tentu hasilnya cukup efektif, tapi kalau cuma beberapa gedung, maka hasilnya tidak signifikan.
Erni menambahkan, berdasarkan hasil riset, upaya ini dapat menurunkan kadar PM 2,5 di sekitar area uji. PM 2,5 sendiri merupakan jenis partikel yang menjadi acuan untuk diukur oleh seluruh negara berpolusi udara tinggi di dunia. “Ini teknologi yang dikembangkan oleh BRIN. Jadi sebenarnya sudah pernah diuji coba tahun 2019. Nah, kalau menurut info dari BRIN, ini operasinya sehari dua kali, dengan durasi tiap sesinya selama empat jam dan jeda waktu antar-sesi 30 menit sampai satu jam,”ujar Erni.
Ia menjelaskan, tidak ada bahan lainnya dalam air yang disemprotkan. Sebanyak 5-10 liter air per menit disemprotkan oleh alat yang dipasang di atas gedung tinggi. Penyediaan alat penyemprotan kini sedang diupayakan oleh BRIN dengan banyak permintaan dari berbagai pihak. Erni mengharapkan kesediaan gedung-gedung tinggi di Jakarta, baik kantor pemerintahan, seperti kantor Walikota, rumah sakit umum dan daerah, hingga kantor swasta yang memiliki rooftop dan memungkinkan bisa melakukan hal serupa. “Selain itu harapannya ada peran dari gedung-gedung swasta atau komersial, terutama di kawasan Sudirman dan Thamrin,” tambahnya.
Menurutnya, upaya yang tengah dilakukan akan dievaluasi lebih lanjut. Jika nantinya efektif menurunkan konsentrasi polutan, penyemprotan dengan metode water mist akan diteruskan. Namun, ada beberapa kriteria yang harus dilakukan para petugas untuk menerapkan metode tersebut. Salah satunya adalah gedung harus memiliki ketinggian lebih dari 20 meter dan kurang dari 200 meter.
“Kalau kurang dari 20 meter itu tidak efektif dalam menyerap polutan atau membuyarkan polutan yang mencemari lingkungan udara. Kalau lebih dari 200 meter itu harus dikaji, dilakukan uji coba lagi, sepertinya belum pernah dilakukan. Jadi yang saat ini dilakukan adalah range 20-200 meter,” pungkasnya. (Joko)