JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Anggota Komisi I DPR RI Krisantus Kurniawan menyampaikan rasa ketidakpuasannya terhadap pembangunan menara Base Transceiver Station (BTS) 4G, yang sudah dilaksanakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Kristanus melihat pada tahun 2024 tidak akan ada pembangunan lagi tapi lebih kepada operasional dan maintenance
“Tentu hal ini membuat timbul satu pertanyaan kok hanya operasional dan maintenance padahal pembangunannya sendiri belum selesai, banyak yang mangkrak. Kemudian sekarang juga kalau di Dapil saya di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) itu batrei dari BTS itu sudah ada yang dimaling. Kabel kabel juga demikian, pemancar ada yg disimpan di hutan dan sebagainya,” kata Krisantus saat Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi I DPR RI yang dihadiri Menkominfo Budi Arie Setiadi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/9/2023).
Kristantus pun bertanya kepada Menkominfo apakah sejak dilantik menjadi menteri dirinya sudah pernah mengecek kondisi menara BTS ini di lapangan.
Saya ini orang yang rajin berkeliling ke seluruh penjuru di dapil saya, belum pernah ketemu dengan orang orang Kominfo mengawasi pembangunan menara BTS yang sudah menelan biaya yang sangat banyak di apbn kita, tentu ini tidak kita harapkan,” ujar Politisi PDI Perjuangan ini.
Krisantus mengungkapkan, di Kalbar sudah terbangun opini bahwa menara BTS merupakan monumen gagal.
“Ini kan saya tentu berharap kepada Menteri dan Wamen yang baru tentu mereka memiliki semangat baru tentu kita harapkan APBN yang sudah dianggarkan begitu besar betul betul bermanfaat untuk masyarakat, terutama daerah daerah 3T (terluar, terdepan, tertinggal -red),” harap Krisantus.
Krisantus menyayangkan, kualitas pendidikan di Kalbar agak rendah dikarenakan kurangnya pasokan internet, padahal kemajuan teknologi komunikasi dan informasi menjadi hal yang vital dalam masyarakat.
“Karena sekarang kemajuan teknologi komunikasi menjadi hal sangat vital bagi masyarakat sampai tadi saya juga sampaikan kalau sekarang mau disamakan kualitas pendidikan bagaimana mau disamakan saya bilang, antara kami dengan pulau Jawa, Kalimantan dengan pulau Jawa, bukan berarti kami bodoh tapi sekolah kami kurang, listrik tidak ada, internet tidak ada karena banyaknya daerah 3T banyak daerah blind spot,” papar Krisantus.
Krisantus meyakini hal ini sepenuhnya merupakan kegagalan kontraktor yang dipercayakan oleh Kemenkominfo RI.
Oleh karenanya, Krisantus meminta agar para kontraktor yang telah gagal tersebut diganti.
“Mereka sudah gagal, ganti kontraktor. Kalau Pak Menteri dan Pak Wamen masih menggunakan kontraktor yang lama, 100 persen Bapak akan gagal juga mempimpin Kemenkominfo dalam membangun BTS 4G di seluruh RI ini,” tegas Krisantus.
Krisantus membeberkan, selama ini memang internet dari menara BTS itu sudah diaktifkan namun hanya 2 hari setelah itu dimatikan.
“Jadi bangunannya ada yang sudah selesai dicoba 2 hari masyarakat senang langsung di-off-kan kembali. Kalau sudah off ya hilang, off-kannya juga tanpa permisi tanpa konfirmasi nah itu yang membuat masyarakat kecewa. Mereka marah kepada saya karena saya satu-satunya Anggota Komisi I Dapil Kalbar,” beber Krisantus.
Krisantus mengingatkan, di desa-desa di Kalbar, saat ini setiap pelaporan harus menggunakan internet, maka apabila sinyal tersebut tidak ada maka tentu akan menimbulkan masalah karena masyarakat tidak dapat melakukan pelaporan.
“Maka saya selaku Anggota Komisi I dan anggota DPR RI dari F-PDIP sangat mendukung program bagaimana Kemenkominfo dapat menyelesaikan pembangunan ini sehingga daerah blindspot tidak ada lagi, daerah 3T tidak ada lagi karena ini sangat vital. Pendidikan juga sangat tergantung dari internet, pemerintahan tergantung pada internet, kesehatan bergantung pada internet, ekonomi akan tumbuh juga tergantung pada komunikasi yang berjalan dengan lancar,” papar Krisantus.
Oleh karenanya, sekali lagi Legislator asal Dapil Kalbar 2 ini mendesak agar para kontraktor BTS tersebut dievaluasi dan diganti karena telah gagal melaksanakan tanggung jawabnya.
“Saya minta dievaluasi dan diganti kontraktornya yang sudah gagal itu. Masa kita mau jadi keledai sudah tahu ada lobang kita masuk selalu ke lobang itu. Lagipula anggarannya kan masih ada dan sudah tersedia, namun belum banyak yang dilaksanakan,” pungkas Krisantus Kurniawan. (Daniel)