JAKARTANEWS.ID – SURABAYA: Bahasa menjadi alat pemersatu bangsa. Hal itu pula yang tercermin dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Di tengah arus globalisasi di era digital, bahasa berkedudukan sebagai pilar penting pemersatu bangsa. Bahasa Indonesia menjadi alat perekat bukan peretak bangsa.
Guru besar linguistik UIN Sunan Ampel Surabaya Kamal Yusuf mengatakan Bahasa Indonesia menjadi identitas bangsa dalam mengartikulasikan ide, gagasan dan keragaman suku, agama, dan ras (SARA) menjadi satu kesatuan sebagai bahasa nasional.
“Bahasa Indonesia menjadi pilar penting pemersatu bangsa Indonesia, dengan tetap melestarikan bahasa lokal dan menguasai bahasa asing dalam menhadapi globalisasi,” kata Kamal saat mengomentari peringatan Hari Sumpah Pemuda, di Surabaya, Sabtu (28/10/2023).
Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya ini menyebut, di tengah eskalasi tahun politik yang kian hangat, bahasa Indonesia menjadi alat menyatukan perbedaan warna politik pilihan warga negara.
Kamal berharap, seluruh pemangku kepentingan agar dapat menjadikan bahasa Indonesia alat untuk merekatkan.
“Bahasa Indonesia mengandung spirit persatuan. Karena itu pilihan kata dalam bahasa Indonesia oleh para elit dan narator di tahun politik harus merekatkan bukan meretakkan,” tegas Kamal.
Kamal menilai pengembangan bahasa saat ini cukup pesat apalagi dipengaruhi oleh percakapan warga internet di media sosial melalui platform digital.
Menurut Kamal, sejauh ini tidak ada soal dengan inovasi bahasa yang muncul di media sosial.
“Banyak istilah baru dalam bahasa Indonesia yang muncul dari digital kita. Inovasi ini bagus sepanjang bahasa sebagai alat untuk merekatkan warga internet, bukan untuk merendahkan atau merundung pihak lainnya,” tutur Kamal.
Alumnus doktor University of Leipzig, Jerman ini menyebut spirit Sumpah Pemuda hingga saat ini senantiasa relevan dengan kondisi keindonesiaan saat ini.
Menurut Kamal, spirit tersebut harus ditransformasikan di ruang publik.
“Spirit Sumpah Pemuda harus ditransformasikan di ruang publik kita, di media sosial maupun di kehidupan sehari-hari. Di antaranya memiliki sikap positif dan bangga terhadap bahasa Indonesia,” pungkas Kamal Yusuf. (Daniel)