JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Perolehan suara sementara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) naik signifikan pada Jumat malam (1/3/2024) pada pukul 22.00 WIB. Suara PSI tembus 3,09 persen atau 2.363.960 suara.
Kenaikan itu mengejutkan karena hasil quick count dari semua lembaga survei menempatkan suara PSI kurang dari 3 persen. Karena itu, semua lembaga memprediksi PSI tidak masuk Senayan.
Demikian disampaikan Pakar Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga kepada para wartawan, Sabtu (2/3/2024).
Menurut Jamiluddin, kenaikan itu juga dipertanyakan karena terjadi hanya dalam dua jam suara PSI bertambah 19,5 ribu dari 110 TPS.
“Hal ini dikhawatirkan terjadi penggelembungan suara yang memang diberitakan muncul di banyak tempat,” kata Dosen Metodologi Penelitian Komunikasi Universitas Esa Unggul, Jakarta ini.
Selain itu, lanjut Jamiluddin, rumor adanya operasi senyap yang akan meloloskan partai politik tertentu ke Senayan juga patut diantisipasi.
“Setidaknya kenaikan signifikan itu harus ditelusuri apakah terkait dengan adanya operasi senyap tersebut,” tutur Dekan Fikom IISIP, Jakarta 1996-1999 ini.
Untuk itu, imbau Jamiluddin, Bawaslu dan KPU seharusnya dapat mendeteksi hal tersebut, sebab apabila benar ada operasi senyap maka hal itu sangat mencederai demokrasi.
“Mereka sudah menghianati suara rakyat dengan mengalihkan ke partai yang tidak berhak,” imbuh Penulis Buku Riset Kehumasan ini.
Mantan Sekjen Media Watch ini pun berujar, kalau KPU dan Bawaslu tidak dapat menjelaskan dan mengatasi hal itu, maka wajar kalau anak bangsa akan mempertanyakan legitimasi hasil Pileg dan Pilpres 2024.
“Karena itu, KPU dan Bawaslu sebaiknya dibubarkan saja lantaran dinilai tak sanggup menjalankan tupoksinya,” pungkas Jamiluddin Ritonga. (Daniel)