JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto meminta pemerintah mengantisipasi kenaikan harga minyak mentah dunia pasca serangan Iran ke Israel.
Mulyanto menilai cepat atau lambat konflik Iran-Israel akan berdampak pada semakin naiknya harga minyak mentah dunia.
Menurut Mulyanto, hal tersebut diperparah dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang sudah menembus angka Rp16 ribu per dolar.
“Mengamati pergerakan harga minyak dunia yang terus menanjak tajam sejak awal tahun 2024, apalagi pasca konflik Iran-Israel, Pemerintah perlu segera memikirkan langkah-langkah antisipatif,” kata Wakil Ketua F-PKS DPR RI bidang Industri dan Pembangunan ini.
Mulyanto mengingatkan, kondisi ini semacam triple shock karena terjadi di tengah kebutuhan migas dalam negeri yang naik di saat momentum bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, serta naiknya dolar AS terhadap Rupiah yang menembus angka Rp16.000 per dolar.
Mulyanto menegaskan, sebagai negara net importer migas, kenaikan harga migas dunia akan berdampak negatif bagi APBN, apalagi ketika kenaikan tersebut berbarengan dengan naiknya permintaan di dalam negeri serta melonjaknya kurs dolar terhadap rupiah.
“Beda saat dulu ketika zaman jaya Indonesia sebagai negara pengekspor migas, di mana kenaikan harga migas dunia adalah berkah buat APBN kita,” ujar Anggota Baleg DPR RI ini.
Sebagai informasi, hari ini harga minyak WTI sebesar USD85.6 per barel, terus naik sejak awal tahun, dari harga yg sebesar USD70 per barel atau naik sebesar 22 persen.
Mulyanto berpendapat, angka yang lumayan besar dan jauh di atas asumsi makro APBN tahun 2024 kita yang hanya sebesar USD82 per barel.
“Padahal Menteri ESDM baru saja menetapkan ICP bulan maret 2024 sebesar USD83.8 per barel (2/4/2024),” jelas Mulyanto.
Legislator asal Dapil Banten 3 ini pun mendesak agar langkah antisipatif pemerintah tersebut tidak mengambil opsi kebijakan yang merugikan rakyat kecil seperti kenaikan harga bbm atau gas LPG bersubsidi.
“Langkah antisipasinya jangan malah mengorbankan rakyat dan meningkatkan inflasi,” tandas Mulyanto. (Daniel)