JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto meminta pemerintah konsisten jalankan tahapan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang sudah direncanakan agar dapat terwujud sesuai jadwal yang ditetapkan.
Apalagi, lanjut Mulyanto, Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency) secara penuh siap memberikan dukungan untuk pelaksanaan program ini.
Mulyanto mengatakan, IAEA siap mendukung terwujudnya PLTN pertama di Indonesia melalui skema bantuan yang tersedia, termasuk dalam tahap awal pembentukan NEPIO (organisasi pelaksana PLTN).
“Pemerintah harus dapat memaksimalkan dukungan dunia internasional ini untuk mensukseskan program transisi energi nasional yang sekarang ini masih didominasi oleh energi fosil,” kata Mulyanto usai diskusi mendalam dengan Atase Iptek KBRI Austria Dr. Irma Gultom di Wina, Austria, Senin, (5/5/2024).
“Selain itu juga fokus dan konsisten agar proyek pendirian PLTN pertama di Indonesia ini benar-benar dapat terwujud,” lanjut Wakil Ketua F-PKS DPR RI bidang Industri dan Pembangunan ini.
Mulyanto menjelaskan, IAEA melihat Indonesia berada di fase pertama program PLTN, yakni fase pembentukan kebijakan.
Kalau fase ini serius dijalankan, jelas Mulyanto, maka perlu waktu 10-15 tahun untuk pembangunan PLTN sampai siap dioperasikan.
“Ini masih sesuai dengan kerangka waktu yang ada, dimana Indonesia berencana akan mengoperasikan PLTN pada tahun 2035. Sementara terkait pilihan tipe PLTN, IAEA sendiri sepenuhnya menyerahkannya pada kepentingan Indonesia,” tutur Anggota Baleg DPR RI ini.
Mulyanto memperkirakan Indonesia perlu membangun PLTN dengan kapasitas minimal 1.000 MW per unit untuk menggantikan pembangkit yang sebelumnya beroperasi untuk based load (beban dasar) dengan menggunakan batu bara.
“Tentu yang kita butuhkan adalah tipe reaktor yang sudah established, APWR (reaktor air tekan maju) maupun ABWR (reaktor air didih maju) bukan reaktor eksperimental, apalagi reaktor berdaya kecil,” tambah Legislator asal Dapil Banten 3 ini.
“Untuk sumber daya listrik yang kecil, apalagi untuk beban puncak, masih dapat digunakan listrik dari sumber cahaya matahari atau angin, yang bersifat intermitten,” tandas Mulyanto. (Daniel)