SURABAYA: Kehadiran pabrik metanol di Bojonegoro diharapkan bisa menyerap tenaga kerja lokal di wilayah tersebut.
Wakil ketua DPRD Jawa Timur Sri Wahyuni mengatakan pihaknya menyambut baik dibangunnya pabrik tersebut.”Tentunya ini bisa menunjang perekonomian di Bojonegoro khususnya warga setempat, ” jelas politisi Demokrat ini, Senin 2 Desember 2024.
Menurut Sri Wahyuni, dalam proses pembangunannya, diharapkan bisa menyerap tenaga kerja lokal sehingga bisa mengurangi jumlah pengangguran di Bojonegoro.
“Kami berharap agar pemerintah dalam pembangunannya melibatkan tenaga kerja lokal termasuk untuk operasional. Ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi pengangguran. Begitu juga bisa menambah perekonomian warga setempat. Saya mendapat informasi bisa menyerap tenaga kerja antara 2000 hingga 3000 orang,” tuturnya.
Dijelaskan oleh Sri Wahyuni, tujuan pemerintah membangun pabrik Metanol tersebut dikarenakan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku biodiesel yang selama ini masih diperoleh dari impor.
“Ada 80% metanol sebagai campuran dari pada biodiesel itu impor. Maka pemerintah akan bangun pabriknya di Bojonegoro dengan industri kurang lebih sekitar US$ 1,2 miliar investasinya. Tentunya pembangunan pabrik ini bisa mendukung program pak Prabowo untuk swasembada energi,” katanya.
Indonesia akan bangun pabrik metanol senilai USD 1 miliar-USD 1,2 miliar atau sekitar Rp 19,09 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 15.910) pada 2025. Pabrik methanol itu akan dibangun di Bojonegoro, Jawa Timur.
Hal itu disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.
“Itu akan lagi dibangun, sekitar 1 sampai 1,2 miliar dolar AS,” tutur Bahlil, di Kompleks Parlemen DPR/MPR, Jakarta, Senin (2/12/2024).
Pabrik metanol ini dibangun di Bojonegoro, Jawa Timur dengan kapasitas produksi 800 ribu ton metanol per tahun. Ia menuturkan, langkah ini diambil untuk memenuhi kebutuhan metanol dalam negeri yang saat ini masih impor.
Bahlil menuturkan, pembangunan pabrik metanol dapat hemat devisa, dan neraca perdagangan yang positif. “Yang jelas itu untuk memenuhi kebutuhan domestik. Kita selama ini impor 80 persen. Kalau kita bangun biodiesel kayak B40, B50, itu pasti nambah lagi volume impor kita,” ujar dia.
Pembangunan pabrik metanol ini untuk mendukung rencana pemerintah dalam mengembangkan biodiesel B50 supaya Indonesia tak lagi mengimpor solar.Bahlil mengatakan, dengan mengimplementasikan biofuel jenis B50 pada 2026 akan secara langsung membuat Indonesia terbebas dari impor solar.(yudhie)