Wacana Beli Minyak dari Rusia, Komisi XII DPR: Harus Ada Kajian Matang

JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Anggota Komisi XII DPR RI Ratna Juwita mendukung wacana diversifikasi sumber impor minyak mentah dari Rusia, kendati demikian wacana ini harus dikaji matang termasuk dampaknya terhadap posisi Indonesia dalam perdagangan dunia.

“Kami tentu mendukung jika ada diversifikasi sumber impor minyak Indonesia termasuk dari Rusia. Hanya saja dengan situasi global yang masih belum jelas perlu ada kajian matang termasuk apakah membeli minyak dari Rusia akan menguntungkan posisi Indonesia dalam diplomasi atau perdagangan Internasional,” ujar Ratna Juwita, Selasa (14/1/2025).

banner 728x90

Ratna mengungkapkan, Indonesia selalu mengalami defisit neraca perdagangan di sektor minyak dan gas.

Berdasarkan data BPS, ungkap Ratna, defisit neraca perdagangan di sektor Migas tahun 2023 mencapai USD1,7 miliar.

“Tahun 2024 defisit neraca perdagangan Migas naik menjadi USD2,32 miliar. Defisit ini terutama didominasi oleh pembelian minyak mentah,” kata Ratna.

Ratna mengatakan, rata-rata impor minyak mentah Indonesia mencapai 15 juta ton/tahun. Sebagian besar kebutuhan tersebut dipasok oleh negara-negara Timur Tengah dan Afrika.

Di antaranya, sebut Ratna, Nigeria yang memasok sekitar 5,6 juta ton, Arab Saudi 4,1 juta ton, dan Azerbaijan sekitar 1 juta ton.

“Jika Rusia bisa menawarkan harga yang lebih murah tentu akan berdampak pada penekanan terhadap defisit neraca perdagangan minyak kita karena turunnya biaya impor kita,” ujar Ratna.

Hanya saja, lanjut Ratna, pemerintah perlu memikirkan dampak hubungan dengan negara-negara lain jika Indonesia menjalin hubungan lebih erat dengan Rusia.

Apalagi, lanjut Ratna, saat ini hubungan negara-negara raksasa ekonomi dunia dengan Rusia sedang tidak baik-baik saja.

“Perlu dikaji jika kita mengimpor minyak mentah dari Rusia apakah memberikan dampak buruk hubungan kita dengan negara lain seperti Singapura dan Jepang yang mempunyai banyak hubungan ekonomi dengan Indonesia,” imbuh Ratna.

Legislator asal Dapil Jatim VIII ini juga mengingatkan pembelian minyak dari Rusia juga menyimpan beberapa tantangan.

Di antaranya, beber Ratna, jarak Rusia yang jauh sehingga berpotensi meningkatkan biaya logistik.

“Selain itu dengan adanya sanksi ekonomi dari negara-negara Barat, transaksi perdagangan minyak dengan Rusia berpotensi menghadapi hambatan, seperti pembatasan akses ke sistem pembayaran internasional,” tutup Ratna Juwita.

Untuk diketahui wacana impor minyak mentah dari Rusia mulai mengemuka seiring masuknya Indonesia sebagai anggota penuh blok ekonomi BRICS. Ketua Dewan Ekonomi Nasional dan Penasihat Khusus Presiden urusan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, menyebut impor minyak Rusia bisa menjadi opsi strategis jika secara hitungan ekonomi memberikan manfaat bagi Indonesia.

Selama ini Indonesia menggantungkan sumber impor minyak dari Nigeria dan Arab Saudi. (Daniel)

Tinggalkan Balasan