JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Chusnunia Chalim menekankan pentingnya pengembangan industri garam nasional untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan memenuhi kebutuhan domestik.
Dalam pernyataannya, Chusnunia menyoroti potensi besar Indonesia sebagai produsen garam, mengingat panjangnya garis pantai dan kondisi iklim yang mendukung.
Namun, Chusnunia mengakui hingga saat ini, produksi garam nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik, khususnya untuk industri pangan dan non-pangan.
“Pengembangan industri garam tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan jumlah produksi, tetapi juga memastikan kualitasnya sesuai standar industri. Hal ini penting guna mengurangi ketergantungan pada impor garam, yang selama ini menjadi tantangan besar bagi kita,” kata Chusnunia, Senin (27/1/2025).
Menurut data terbaru dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut, produksi garam nasional mencatatkan pencapaian sebesar 2,5 juta ton pada tahun 2023. Angka ini mencapai 147 persen dari target yang telah ditetapkan sebesar 1,7 juta ton. Capaian ini menunjukkan potensi besar yang masih dapat dioptimalkan, terutama dengan dukungan inovasi dan kebijakan strategis.
Chusnunia menyerukan langkah-langkah strategis kepada pemerintah dan pihak terkait untuk mendukung pengembangan industri garam, di antaranya:
1. Meningkatkan Infrastruktur Produksi: Penyediaan teknologi modern untuk mendukung proses produksi dan pengolahan garam.
2. Memberikan Dukungan kepada Petambak Garam: Melalui pelatihan, bantuan permodalan, dan akses pasar yang lebih luas.
3. Mendorong Inovasi Teknologi: Penggunaan teknologi ramah lingkungan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi.
4. Memperkuat Regulasi dan Kebijakan: Penyusunan kebijakan yang melindungi petambak lokal dari tekanan impor.
Menurut data yang dipaparkan dalam rapat, kebutuhan garam nasional mencapai sekitar 4 juta ton per tahun. Meski produksi lokal mengalami peningkatan signifikan pada 2023, capaian tersebut masih belum mencukupi kebutuhan domestik sepenuhnya.
“Kita perlu memberikan insentif kepada investor untuk berkontribusi dalam pengembangan industri garam nasional. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan produksi, tetapi juga memperkuat rantai pasok dalam negeri,” tambah Chusnunia.
Sebagai pimpinan Komisi VII DPR RI yang membidangi perindustrian, UMKM, ekonomi kreatif, pariwisata, dan sarana publikasi, Chusnunia berkomitmen untuk terus mendorong sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Chusnunia meyakini, sektor-sektor yang menjadi tanggung jawab Komisi VII DPR RI memiliki peran strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan memberdayakan masyarakat.
“Garam adalah salah satu komoditas strategis yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Dengan pengelolaan yang optimal, industri ini tidak hanya dapat mendukung perekonomian nasional tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tuntas Chusnunia Chalim. (Daniel)