JAKARTANEWS.ID – JAKARTA: Penjabat (Pj) Gubernur Daerah Khusus Jakarta (DKJ) Teguh Setyabudi mengatakan, industri film telah menjadi bagian penting untuk menggerakkan ekonomi kreatif. Dari perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), ekonomi kreatif Jakarta dari subsektor film, animasi, dan video mengalami pertumbuhan sebesar 6,22 persen.
“Pertumbuhan sebesar 6,22 persen lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan secara keseluruhan yang mencapai 5,04 persen. Ini menunjukkan bahwa industri perfilman jadi pilar penting dalam ekonomi kreatif yang mendukung transformasi Jakarta menuju kota global,” ujar Teguh Setyabudi saat acara Gala Dinner Insan Film bertema, ‘Menuju Jakarta Kota Global Kota Sinema’ di Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (4/2) malam.
Acara Gala Dinner Insan Film digelar sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Festival Film Tempo (FFT) 2025 yang merupakan salah satu sarana dalam merayakan dan mengapresiasi berbagai karya para sineas sekaligus mengembangkan ekosistem perfilman Indonesia yang berkelanjutan. “Satu kehormatan bagi Pemprov DKJ untuk turut berperan dalam perkembangan industri film Indonesia yang semakin pesat,” tandas Teguh.
Jumlah penonton film Indonesia mencapai sekitar 70 juta pada tahun 2024 yang menandakan perfilman nasional memiliki daya tarik yang kuat serta menjadi bagian budaya yang merefleksikan keberagaman cerita dan realitas sosial masyarakat di Indonesia.
“Sejak era produksi film negara hingga kini, Jakarta kerap kali menjadi latar dan inspirasi bagi film yang menggambarkan kehidupan, dinamika, serta perkembangan kota dan masyarakatnya. Mulai dari Nyai Dasima, Si Doel Anak Sekolahan, Janji Joni hingga film modern yang sukses di kancah nasional dan internasional,” ungkap Teguh.
Kota Jakarta, sambung Teguh, juga memiliki sejarah panjang dalam perkembangan industri film yang dimulai dengan berdirinya bioskop pertama pada 5 Desemher 1900 hingga berkembangnya berbagai studio modern yang mengadopsi teknologi CGI dan Unreal Engine seperti Studio Lumine di Palmerah dan Studio Guava di Pejaten. Kemudian era Tangki-wood, Bintaro wood hingga Cipete Wood. “Jakarta telah menjadi rumah bagi pelaku seni untuk berinovasi dan berkreativitas,” tuturnya.
Menteri Ekonomi Kreatif RI, Teuku Riefky Harsya menambahkan, pihaknya bersama Bappeda serta Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jakarta bersinergi untuk mengaktivasi Kota Jakarta sebagai kota ekonomi kreatif khususnya berbasis sinema. “Hal ini dilakukan melalui berbagai kegiatan ekonomi kreatif mulai tahun 2025 hingga 2027 dalam rangka menyongsong lima abad Kota Jakarta sebagai Jatidiri Indonesia, Megapolitan Dunia. “Ini dilakukan demi mendukung status Jakarta sebagai kota global dan kota sinema,” tandasnya. (Joko)